Apa yang terlintas pertama kali di benak temen-temen waktu denger kota Banjarmasin? Kalau saya sih kayanya dulu langsung kepikir Banjarmasin = Sungai. Oke… ini akibat pelajaran IPS yang selalu ngajarin bahwa Banjarmasin adalah kota seribu sungai. Padahal aslinya ya ngga tau juga beneran ada seribu atau ngga sungai-sungai disini. Banjarmasin sampai sekarang masih jadi ibukotanya Kalimantan Selatan (finally saya bisa hapal ini! Setelah dulu selalu kebolak balik ngapalin ibukota propinsi di pulau Kalimantan).
Well, setelah kurang lebih 7 tahun memandangi sungai, kayanya saya bisa menyatakan kalau saya (mulai) betah hidup disini. Walaupun dari banyak sisi tentunya hidup di Pulau Jawa lebih enak, kaya misalnya harga sayuran yang lebih murah (brokoli disini Rp.83.000/kg), transportasi dalam kota dan luar kota yang mudah, banyak lokasi wisata dan tempat hiburan kaya mall atau pusat perbelanjaan dan banyak kemudahan lainnya. Hidup disini pada awalnya kerasa berat buat saya karena waktu itu jalan antar kotanya masih jalan pasir berdebu karena dilewatin juga sama truk-truk pengangkut batu bara. Mall yang besar cuma 1 dan jaraknya 30 km dari rumah. Beruntung menjelang pilgub dulu, jalan antar kota udah dibenahin, jadi sekarang jalanannya udah mulus dan ga berdebu lagi. Ngga usah takut nyasar juga kalau nyetir di jalan luar kota di Banjarmasin ini karena jalannya cuma satu aja yaitu jalan A. Yani yang dimulai dari Km 1 dan berakhir di A.Yani Km ratusan sekian.. Tapi kalau untuk urusan jalanan di dalam kota, jangan ditanya lah ya.. saya masih suka nyasar sampai sekarang.. (habit!!)
Yang saya suka disini adalah belum adanya macet (yang saya harap ngga pernah). Jadi perjalanan saya setiap hari dari rumah ke tempat kerja yang jaraknya hampir 40 km itu bisa saya tempuh dalam waktu 1 jam saja! I think it’s a priviledge for me… tapi karena udah terlalu terbiasa ngadepin jalanan lancar, jadi kadang saya suka stres sendiri gitu setiap kali pulang ke Bandung atau mampir ke Jakarta demi ngeliat jalanannya yang mau pergi 5 km aja bisa sejam! Masya Allah… terpujilah wahai engkau penduduk kota metropolitan, perjuanganmu sungguh nyata.
Bahasa
Kayanya ini sih sama aja di setiap daerah ya, bahasa daerah setempat bakalan cepet kita mengerti kalau kita terjun langsung berinteraksi dengan masyarakat lokal. Kalau dulu sih saya dipaksa bisa karena saya ditempatin di bagian wawancara yang harus berhadapan langsung dengan pemohon. Kala itu, saya sering kebagian pemohon yang udah sepuh dan ngga lancar Bahasa Indonesia. Jadi waktu saya masih belum bisa Bahasa Banjar dan dihadapkan dengan pemohon yang ngerespon dengan tatapan aneh lalu pertanyaan saya mengambang di udara seakan tak dimengerti padahal hanya pertanyaan sederhana, “Ibu udah pernah punya paspor sebelum ini?” Lalu heniing…. Kriiik…kriiik…kriiikk… sejak itulah saya bertekad untuk bisa Bahasa Banjar dan wawancara dengan pertanyaan “pian suah kah maolah paspor?” atau “berapa kali sudah pian tulak umrah?” aseeeekkkkk
Maskot
Bekantan atau yang lebih gampang dikenali dengan monyet yang berhidung panjang ini termasuk salah satu hewan yang terancam punah. Saya sendiri sampai sekarang belum pernah liat langsung kayanya Bekantan ini. Di daerah 0 kilometer, ada patung bekantan yang sengaja dibuat untuk maskotnya Banjarmasin. Menjelang malam, suasana disini bagus karena background jembatan warna warni dan air mancur dari mulut bekantan. Saya yang walaupun pendatang disini ngerasa bangga juga loh Banjarmasin punya ikon begini. Kalau singapore punya singa muntah, kami punya bekantan muntah 😀
DCIM101MEDIA
DCIM101MEDIA
Tempat Wisata
Yang paling terkenal (dan pernah saya kunjungi) itu adalah Pasar Terapung. Pasar terapung ini kayanya udah jadi ikonnya kota Banjarmasin si kota seribu sungai yah… Kaya yang bisa diliat di iklan RCTI jaman dulu, ada nenek yang ngacungin jempol di atas klotok di tengah pasar terapung.
Yang saya tau, ada 2 lokasi pasar terapung yaitu di Kuin dan di Lok Baintan. Kita harus berangkat subuh-subuh untuk ke pasar terapung ini karena kalau kesiangan, penjualnya udah pada bubar dan pindah tempat jualan di pasar. Saya udah 2 kali ke Kuin tapi kata suami saya sih jauh lebih rame di Lok Baintan. Rame dalam artian jumlah penjualnya. Kalau di Kuin sih memang sedikit sepi, kayanya penjual juga males lah jualan disana kalau turis-turis yang dateng cuma liat-liat doang dan numpang foto dengan background mereka. Jadi please kalau berkunjung ke pasar terapung, tolong sempatkan beli dagangan mereka. Mayoritas sih jualannya sayur dan buah-buahan, tapi pernah juga saya liat mereka jual ikan, udang dan tangkapan lainnya. Ada juga topi caping, celengan seng, kelapa, ah….kayanya apapun yang mau mereka jual deh. Dan mereka pun ada yang masih pakai sistem barter barang gitu.
perjalanan menuju muara kuin
jangan sampai keduluan matahari terbit
“bukit barisan”
kelapa yang mau dijual
ini entah penjualnya belum pada dateng semua atau kita yang kesiangan
1 klotok hanya kita berempat
Ibu Titta & Ibu Mas
Fyi, kalau kita nginep di Swissbell hotel Banjarmasin, kita dapet free charge naik klotok untuk 2 orang per kamar ke pasar terapung Kuin ini. Tapi kalau kita perginya rombongan, emang lebih enak sewa klotok sendiri sih karena bisa lebih bebas. Harga sewa klotok ini Rp.300.000-an. Tempat naik klotoknya persis dari depan hotel.
Selesai dari Kuin, kita bisa mampir ke Pulau Kembang. Di pulau ini hidup (katanya) ratusan monyet. Masuk kesini bayar retribusi yang masuk ke PNBP daerah. Tapi tetap ada “guide”nya yang ngejual kacang kulit dalam kemasan dan es jeli dalam termos yang dijual bukan untuk dikonsumsi pengunjung tapi untuk dikasiin ke monyet-monyet yang ada disana. Saya sih liatnya aja ga tega mereka rebutan buka plastik kacang dan nyeruput es jeli gitu. Disini jangan lupa siapin uang kecil untuk “guide”nya. Dan oh ya! Jangan kaget kalau ngeliat tampilan guide-guide ini yang mukanya diolesin putih-putih semua. Itu bukan baluran tepung, tapi itu bedak dingin yang katanya bisa meredam panasnya matahari dan katanya sih bagus untuk kulit muka. Saya belum pernah coba btw..
Makanan
Selesai dari Pulau Kembang, searah dengan perjalanan pulang kita bisa mampir untuk nyobain salah satu makanan khas Banjarmasin sebagai menu sarapan yaitu Soto Banjar. Yang terkenal sih ada di bawah jembatan (bisa pakai klotok ini juga). Tapi yang kemarin kita cobain (rekomendasi bos saya ni) ada di atas sungai yang kita lewatin ini. Jangan khawatirin masalah ke-higienis-an mereka cuci piring dimana atau minumnya pakai air apa ya… karena saya alhamdulillah sehat-sehat aja sampai sekarang 😛 becanda deng… soto ini dan satenya ternyata enak!!!! Oh ya, Jangan bingung kalau diajak makan soto, karena biasanya kita ditanya mau makan soto atau nasi sop? Sesungguhnya keduanya itu sama! Cuma bedanya kalau kita bilang soto, dikasihnya itu lontong + soto, kalau bilangnya nasi sop, yang dateng bakalan nasi + soto. Mayoritas makanan khas sini juga rasanya cenderung manis. Bahkan rasa masakan rumah makan Padang terkenal disini juga udah ngga ada pedes-pedesnya lagi untuk lidah saya.
Makanan lain yang pernah saya coba dan jadi kesukaan mama saya yaitu Lontong Orari, sebenernya yang khas namanya adalah lontong kandangan. Dan di banjarmasin yang saya tau adalah tempat ini. Lontongnya enak, 1 porsi isi 2 lontong bentuk segitiga yang lumayan besar, ngenyangin banget apalagi kalau kita pilih lauknya ayam + telor + haruan gitu. Tempat ini buka 24 jam, solusi tepat untuk kelaperan tengah malem.

maafkan foto kami… nyari foto lontongnya ngga ketemu yang ada malah foto selfie 😀
Selain itu ada Nasi Kuning Cempaka. Jujur….sampai sekarang saya belum nemu rasa khas dari nasi kuning ini apa, tapi yang jelas dimana-mana banyak orang jualan nasi kuning ga kenal pagi, siang atau malam.
Oleh-Oleh
Makanan khas lainnya dan biasanya dijadiin oleh-oleh itu adalah Bingka. Saya sih suka yang original alias bingka kentang. Merk yang saya rekomendasiin itu adalah Bingka Bunda. Eerrrr…tapi ini sih karena saya cuma pernah nyoba merk itu doang 😀 kalau kering-keringannya palingan amplang alias kerupuk ikan karena disini terkenal ikannya. Merk yang saya suka untuk amplang itu adalah SEMUT karena dia lebih empuk dan lebih berasa ikannya dibanding merk lain. Cuma sayangnya merk ini ga selalu ada dan ga tersedia di semua tempat.
Selain amplang, kalau mamah saya kesini biasanya setiap pulang ke Bandung pasti bekel ikan asin yang dibeli di pasar Martapura. Jangan tanya saya ya jenis ikannya apa dan harganya berapa, karena setiap kali kesini saya cuma nganter doang, beda dengan mamah saya yang kayanya megang ikannya sambil merem juga bakalan tau itu ikan apaan..hehe.. Yang jelas kata mamah, ikan asin disini jauuuuuhh lebih murah dibanding di Bandung. Jadi ikan asin suka dijadiin oleh-oleh juga. Apalagi untuk ikan sepat yang kecil-kecil itu, udah disusun bagus sama penjualnya, macam dikepang gitu nyusunnya.

Untuk temen-temen yang ngga suka makanan, di Martapura ini tepatnya di depan pasar ikan-ikanan tadi, ada Pasar CBS (Cahaya Bumi Selamat). Disini pusatnya batu-batuan, perhiasan dan pernak pernik dari batu atau manik lainnya. Mulai dari depan sampai belakang, kita bisa pilih mana yang cocok. Selain itu juga pasti banyak bapak-bapak yang bawa koper asongan isi cincin yang nawarin ke kita. Itu bisa ditawar jauh dari harga yang dikasih pertama sama si bapak. Tapi menurut pengamatan saya, kayanya barang-barang yang dijual di setiap toko itu relatif sama, jadi favorit saya kalau belanja untuk oleh-oleh atau bawa tamu itu ke toko KALIMANTAN yang tempatnya di paling depan. Selain karena tempatnya lebih nyaman (full AC), barangnya relatif lengkap, pramuniaganya banyak, bisa minta bonus atau diskon, dapet minum (penting buat yang nunggu), harganya juga ngga jauh banget sama toko lain. Disini harga barang mulai dari Rp.15.000 sampai 100 juta keatas ada. Kalau temen-temen beli berlian di toko ini, ngga bakalan rugi karena kalau suatu saat bosen dan pengen ganti, bisa langsung jual lagi di toko ini tanpa potongan alias sesuai harga belinya dan dijamin keasliannya. Saya juga pengen banget beli berlian cuma sayang aja ga ada duitnya bisa milih modelnya. Toko ini tutup setiap hari Senin dan Jumat.
This slideshow requires JavaScript.
Yah begitulah garis besarnya kehidupan di Banjarmasin dan sekitarnya. Harapan saya sih saya bisa tinggal lebih lama lagi disini karena sampai sekarang kota terjauh di Kalimantan Selatan yang pernah saya kunjungi itu baru Barabai dan Batulicin. Supaya saya juga bisa menceritakan lebih banyak lagi tentang Kota Seribu Sungai ini. Eh boong deng, saya pengen tinggal lebih lama lagi disini karena pengen terus bersama dengan suami dan anak-anak saya… Boleh dong berharap dan didoakan semoga Allah berkenan dan semesta mendukung ˆˆaamiin ˆˆ