Transformasi Akademi Imigrasi

Akademi Imigrasi yang biasa disingkat jadi AIM, adalah akademi kedinasan di bawah Kementerian Hukum dan HAM RI. AIM ini adalah tempat saya sekolah 12 tahun yang lalu (what!!!) ga berasa ya..udah tua aja brati sayanya 😦  dan gara-gara AIM ini jugalah saya akhirnya meninggalkan kota bandung tercinta dan mulai menginjakkan kaki sendirian di ibukota Jakarta.

Apa sih yang menarik dari AIM? Hmmm…. Kalau dulu saya ditanya, jujur saya juga ngga tau apa yang menarik karena pas saya daftar juga saya ngga tau apa itu AIM, gimana itu tinggal di asrama, apa aja yang bakal saya pelajarin, dan lain-lain… pengetahuan saya tentang ini NOL besar. Karena waktu itu saya daftar murni karena keinginan mama dan saya cuma ingin ngebuat mama seneng aja. Ya bayangin aja..saat itu saya lagi seneng-senengnya kuliah di jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI. Udah semester 3 dengan nilai IP tiap semesternya ngga pernah dibawah 3,7 dan saat itu saya sebagai salah satu penerima beasiswa berupa uang tunai per bulan yang jumlahnya lumayan besar saat itu (ok,,,berhenti pamernya!!) haha… tapi demi memenuhi keinginan mama, saya rela bolos kuliah hampir di setiap mata kuliah Kanji- nya ibu Rena yang udah terkenal strict  nya masalah absen. Jadi kalau saya ngga lulus AIM, udah pasrah aja lah harus ngulang matkul ini di semester lain. Tapi qadarullah, saya lulus.. Alhamdulillah.

Status taruna AIM waktu dulu adalah CPNS, jadi selama masih taruna, kami dapat hak-hak sebagai CPNS. Setelah lulus dari AIM, kami berhak menyandang gelar Diploma dengan titel Amd.Im (Ahli Madya Imigrasi) dan sebutan Pejabat Imigrasi (PI). Alumni ini rata-rata langsug melanjutkan kuliah untuk dapat gelar sarjananya. Tapi seiring dengan perkembangan zaman, dan setelah diberlakukannya Undang-Undang Keimigrasian yang baru Nomor 6 Tahun 2011 yang didalamnya juga mengatur tentang Pejabat Imigrasi, status AIM dirasa tidak relevan lagi. Saya sebagai alumni yang pernah merasakan juga sebagai Pembina AIM (tepat setelah lulus) bisa merasakan betul perjuangan untuk menjalankan suatu akademi. Untuk itu saya salut kepada semua jajaran yang ada di AIM baik Pembina, kaur, kasubag sampai ibu Direkturnya dan juga jajaran BPSDM yang telah berhasil meningkatkan status AIM menjadi Politeknik Keimigrasian (Poltekim) per tahun ini. Jadi sekarang ngga ada lagi AIM, yang ada adalah Poltekim. Alhamdulillah akhirnya bisa juga jadi Perguruan Tinggi Kedinasan ya 🙂 saya tau perjuangannya ngga mudah dan bahkan setau saya, hal ini berkali-kali dijadikan bahan untuk penulisan Karya Tulis Akhir (KTA) para taruna.

Belum lama ini juga sudah dilaksanakan proses penerimaan calon taruna untuk angkatan 19, yang menurut infonya Poltekim ini terbagi menjadi beberapa jurusan dengan masa pendidikan 4 tahun dan setelah lulus dari Poltekim, para taruna baru akan mendapatkan status CPNS nya. Kemungkinan lain yang saya dengar, angkatan baru ini ngga akan tinggal di asrama karena asrama yang ada bakal dirombak karena kapasitas yang ada kurang besar, CMIIW please.. Apapun itu, saya berharap semoga adik-adik di Poltekim dan juga teman-teman Diksuskim yang masih menjalani pendidikan dapat menyelesaikan pendidikan dengan sebaik-baiknya sampai dengan selesai dan segera bergabung kedalam jajaran Imigrasi Indonesia.

Jika merasa lelah dalam menjalaninya, mari ingat kembali untuk apa dan untuk siapa kita memulainya..

Owya, kalau ada yang mau kepo tentang Poltekim ini, silahkan dibuka-buka webnya atau akun instagramnya yang adminnya saat ini aktif mengupdate berita.

IMGP4088

bersama teman seangkatan… teman saya yang ditengah ini sekarang tugasnya di KDEI Taipei, konon kabarnya masih mencari pasangan, High Quality Jomblo ni :p

 

Salam super!!!

dari alumni yang masih deg-degan terus tiap kali denger ada SK mutasi mau keluar >_<